Kamis, 26 September 2019

Sensor Cahaya

2.      Sensor Cahaya.
Lampu penerangan jalan mampu menyala dan mati secara otomatis karena dilengkapi dengan sensor cahaya yang disebut Fotoresistor atau Light – Dependent Resistor (LDR) dan Sakelar pengatur On dan Off. Fotoresistor ini mampu mendeteksi ada dan tidak adanya cahaya di lingkungan sekitar. Fotoresistor ini merupakan resistor atau hambatan listrik yang dapat diubah nilai hambatannya melalui penyinaran cahaya. Hambatan listrik dari fotoresistor ini akan berkurang jika terkena cahaya. Dengan kata lain, jika terdapat cahaya, alat ini mampu menghantarkan listrik.
Saat menjelang pagi, sinar matahari akan mengenai fotoresistor. Menyebabkan listrik mengalir menuju sakelar. Akibatnya sakelar ini malah akan mematikan aliran listrik utama sehingga lampu penerangan jalan menjadi mati. Saat menjelang malam, aliran listrik tidak dapat mengalir melalui fotoresistor ini sehingga tidak ada aliran listrik yang mengalir menuju sakelar. Akibatnya sakelar berada dalam kondisi On sehingga lampu penerangan menyala.
Mekanisme pada lampu penerangan jalan tersebut terinspirasi oleh mekanisme yang terjadi pada tumbuhan. Tanaman kaktus hidup di daerah gurun yang kering. Tumbuhan Kaktus memiliki stomata yang unik. Stomata kaktus akan membuka saat malam hari dan akan tertutup saat siang hari untuk mengurangi penguapan air. Proses membuka dan menutupnya stomata didukung oleh aktivitas sel penjaga stomata. Sel penjaga ini memiliki reseptor cahaya yang disebut Fotoreseptor yang peka terhadap cahaya. Saat siang hari yang terik, fotoreseptor pada sel penjaga akan menangkap cahaya dan menyebabkan air dalam sel penjaga dipompa keluar dengan bantuan ion – ion. Akibatnya sel penjaga akan mengecil dan lubang stomata tertutup. Saat malam hari, air dipompa lagi masuk kedalam sel penjaga dengan bantuan ion – ion, sehingga sel penjaga menjadi lebih besar, akibatnya stomata menjadi terbuka.
sumber : www.erwinedwar.com/2018/08/struktur-dan-fungsi-tumbuhan-materi-ipa.html

0 komentar:

Posting Komentar