2.
Sensor
Cahaya.
Lampu penerangan jalan mampu menyala dan
mati secara otomatis karena dilengkapi dengan sensor cahaya yang disebut
Fotoresistor atau Light – Dependent Resistor (LDR) dan Sakelar pengatur On dan
Off. Fotoresistor ini mampu mendeteksi ada dan tidak adanya cahaya di
lingkungan sekitar. Fotoresistor ini merupakan resistor atau hambatan listrik
yang dapat diubah nilai hambatannya melalui penyinaran cahaya. Hambatan listrik
dari fotoresistor ini akan berkurang jika terkena cahaya. Dengan kata lain,
jika terdapat cahaya, alat ini mampu menghantarkan listrik.
Saat menjelang pagi, sinar matahari akan
mengenai fotoresistor. Menyebabkan listrik mengalir menuju sakelar. Akibatnya
sakelar ini malah akan mematikan aliran listrik utama sehingga lampu penerangan
jalan menjadi mati. Saat menjelang malam, aliran listrik tidak dapat mengalir
melalui fotoresistor ini sehingga tidak ada aliran listrik yang mengalir menuju
sakelar. Akibatnya sakelar berada dalam kondisi On sehingga lampu penerangan
menyala.
Mekanisme pada lampu penerangan jalan
tersebut terinspirasi oleh mekanisme yang terjadi pada tumbuhan. Tanaman kaktus
hidup di daerah gurun yang kering. Tumbuhan Kaktus memiliki stomata yang unik.
Stomata kaktus akan membuka saat malam hari dan akan tertutup saat siang hari
untuk mengurangi penguapan air. Proses membuka dan menutupnya stomata didukung
oleh aktivitas sel penjaga stomata. Sel penjaga ini memiliki reseptor cahaya
yang disebut Fotoreseptor yang peka terhadap cahaya. Saat siang hari yang
terik, fotoreseptor pada sel penjaga akan menangkap cahaya dan menyebabkan air
dalam sel penjaga dipompa keluar dengan bantuan ion – ion. Akibatnya sel
penjaga akan mengecil dan lubang stomata tertutup. Saat malam hari, air dipompa
lagi masuk kedalam sel penjaga dengan bantuan ion – ion, sehingga sel penjaga
menjadi lebih besar, akibatnya stomata menjadi terbuka.
sumber : www.erwinedwar.com/2018/08/struktur-dan-fungsi-tumbuhan-materi-ipa.html
0 komentar:
Posting Komentar